Selasa, 18 November 2014

Unreg, Sality, Google


Aku selalu tersenyum ketika ada yang menuliskan unreg ketika memutuskan untuk keluar dari sebuah milis. Itupun diposting ke milis, bukan ke owner. Bahkan di beberapa bagian, ada yang mencak-mencak: JANGAN KIRIMI SAYA E-MAIL! SAYA TELAH MEMUTUSKAN KELUAR!

Tapi senyuman itu, bukan berarti melecehkan. Tapi teringat dengan kekeliruan yang kurang lebih sama meski tidak serupa. Sebagai awam aku pernah mengalaminya. Sebagai manusia yang sedang belajar aku pun pernah melakukan hal itu. Teringat kembali bagaimana aku keluar dari sebuah arena permainan dengan menggunakan jalan –sesungguhnya diperuntukkan- sebagai jalan masuk. Di lain kesempatan, aku malah menerobos masuk karena menganggap besi yang melintang di pintu masuk itu permanen alias tidak dapat digerakkan. Di sebuah komunitas, milis lebih tepatnya, aku pun pernah menanyakan bagaimana solusi dari sebuah permasalahan yang sebenarnya teramat sepele.

“Jangan segan-segan bertanya pada om Google! Ayo, berjuanglah, Kawan!” seorang teman me-reply apa yang aku tanyakan diantara beberapa orang yang memberikan pencerahan. Dari sana aku merasa tersengat. Aku tersadarkan. Aku pun tercerahkan. Aku harus mandiri. Aku harus bertanggungjawab. Aku jangan hanya ingin diberi. (Padalah sejatinya–meski mencari via google pun- sebenarnya aku tidak mandiri hehehe).



Dengan kalimat terima kasih yang tidak terucapkan, mulailah aku menjelajah. Bertanya pada si profesor yang baik hati tapi oleh sebagian kalangan dianggap membuat emisi itu. Ya, kini dia menjadi kambing hitam atas semua permasalahan yang aku hadapi. Dia yang aku jadikan tumpuan harapan. Seperti kejadian beberapa waktu lalu. Kompieku yang hanya Pentium III 933 MHz dan RAM 128 menjadi makin lemot. Bahkan satu file berekstensi .exe (thunderbird) tidak dapat diklik. Akibatnya saya tidak dapat mendownload e-mail. Yang menyedihkan beberapa file e-book yang berekstensi serupa pun mengalami hal yang sama. Tidak dapat dibuka.

Pada awalnya aku tidak tahu kenapa. Hingga ketika berada di warnet aku dapat mengetahui penyebabnya. Salah satu antivirus kebanggaan Indonesia yang terinstall di kompie yang berada di warnet itu mendeteksi sality virus di flashdiskku (kompie di rumahku waktu itu tidak memakai antivirus). Dan aku pun menduga virus dalam flashdisk itulah yang membuat ulah dan mengobrak-abrik beberapa file yang berekstensi .exe di kompieku.


Mencoba untuk mandiri, berpantang untuk melakukan hal konyol kembali di sebuah milis khusus komputer itu, aku pun mengetikkan beberapa keyword yang berhubungan dengan sality. Dan hasilnya beberapa halaman terkait aku save as ke dalam flash disk yang telah diformat sebelumnya agar fd-ku kembali menggemaskan seperti bayi baru lahir. Tidak aku pedulikan beberapa tulisan yang tersimpan di sana. Tidak aku hiraukan thunderbird yang berisikan beberapa e-mail yang telah aku download dan belum aku baca. Karena waktu itu aku berpikir, tidak ada yang bisa diselamatkan. NSIS error bla bla bla, itulah yang aku baca.

Kembali kepada kasusku. Tidak hanya melakukan save as terhadap beberapa halaman yang memuat keterangan cara membasmi sality, aku pun mendownload beberapa antivirus, software pen-download e-mail, dan beberapa software lain yang corrupt karena ulah si sality.

Dan sebuah akhir berbuah manispun menyapaku. Aku bisa menormalisasi kompie kesayangan. Tidak seperti dulu, kala ntldr is missing menampakkan muka di monitorku, kini aku bisa menyelesaikannya sendiri. Uangku bisa dihemat. Dan ini yang paling penting: pengetahuan bertambah!

Dari pengalaman yang menyayat hati ini (didramatisir karena beberapa e-mail dari belasan milis yang aku ikuti tidak terbaca plus karena aku mengaktifkan hapus pesan di pengaturan gmail ketika pesan telah didownload), aku menjadi paham, mengerti bahkan dapat membantu teman yang mengalami kasus serupa. Dan dari sini aku mengambil kesimpulan: Masalah adalah proses menuju pengetahuan. Tentu saja dengan pikiran terbuka. Tentu saja dengan penyikapan yang benar.

Begitulah Kawan, penggalan kehidupan yang pernah menyapaku. Meski kecil tapi bermakna. Meski mini tapi membuatku “maxi”. Aku menjadi paham, bisa bahkan dapat menerangkan apa yang terjadi. Memang kasus itu mengesalkan. Tapi ia membawa berkah. Membawa hikmah dan menguntungkan. Jadi jika ada seorang teman menulis di sebuah blog: Amit-amit jika harus kena virus itu!, aku kini mengatakan, “Virus datanglah! Bikin aku pintar! Buat aku paham!”. Dalam skop yang lebih luas (baca: kehidupan), aku pun berani berucap, “Masalah ayolah datang! Buat aku paham! Bikin aku dewasa!”

Akhirnya, jika komputer kalian kena virus sality, jangan lupa kontak saya. Maka saya akan membantu kalian. Saya akan menunjukkan caya yang paling murah. Solusi dariku singkat saja: ketikkan “sality+virus+solusi” di oom Google!

0 komentar:

Posting Komentar